Minggu, 24 Februari 2013

Akan Indah Pada Waktunya

Akan indah pada waktunya itu "kepastian atau ketidak-pastian ?" (dalam konteks jodoh). Apa itu termasuk dalam dinamankan pasrah-srah sama yang membuat hidup ? jika begitu, apa kita tahu bahwa Tuhan sudah memberikan "waktu yg indah itu", jika kita sendiri gak ngerti "waktu dan indah". Nanti kita malah adanya khusnudzon saja kepada Alloh tapi hatinya grundel (bergejolak meronta-ronta).


Di Indonesia kita tahu ada dua musim, musim penghujan & musim kemarau. Jaman dulu para petani masih mudah untuk menentukan kapan musim tanam & kapan musim panen, dengan cara melihat penanggalan biasa.
Buka pikiran dan hati untuk mendefinisikan "waktu & indah" yang terbaik, apa ini yang terbaik ? hmmm... hati & akal ada yg menguasai, yakni Tuhan & manusia itu sendiri. Itulah letak Demokratisnya Tuhan.


Aku ini takjub dengan rencana Tuhan tentang jodoh sebagai pasangan hidup kita di dunia. Lika-liku & prosesnya panjang, tapi di dunia bersama hanya sebentar ? Dan untung Tuhan masih punya janji, kelak pasangan hidup di dunia adalah Ratu bagi para bidadari surga. Percaya, jika jodoh itu jelmaan tulang rusuk adam (laki-laki) ? lihat istrinya Nabi Daud, 100 wanita ? Masak pengikutnya Nabi Muhammad kekasihNya yang berharap satu yg paling istimewa masih dipersulit ? hehehehe


Melihat dengan kedalaman dan keluasan pada sesuatu, akan membuatmu menemukan bobot di dalamnya. Kita pasti akan komentar jika ada film yang rilis berlatar belakang dari sebuah novel percintaan yang kita angap indah dan super romantis, ambil contoh novel "Ketika Cinta Bertasbih". komentarnya, "filmnya tidak seindah novelnya", itu umum yang dilontarkan oleh para pembaca novel. karena, asumsi kita adalah "keindahan itu ada dalam khayalan." Anda pasti akan mengelak, boleh !

Ini fenomena nyata dan umum yg ada di dalam "alam bawah sadar" remaja saat ini. lagi populer. Kata
Amrul Bocah Angon, Indah pada waktunya itu hanyalah persangkaan saja ... ( lebih detailnya kalo udah nikah ) itu indah ,,,, padahal belum tentu ... indah pada waktunya istilahnya orang2 "alay ". Yang aku herankan dan mangkelkan, APA saat ini WAKTU-nya gak Endah Optimis Za Dehh & gak Endah Muthoharoh ? Kemudian apologi yang umum, "cuma ngomong gampang!". inisiatif untuk buat planning gak ada.

Sabtu, 16 Februari 2013

Emha Ainun Nadjib : BERAGAMA YANG TIDAK KORUPSI

Suatu kali Emha Ainun Nadjib ditodong pertanyaan beruntun, sbb :
"Cak Nun", kata sang penanya, "misalnya ada waktu bersamaan tiba-tiba sampeyan menghadapi tiga pilihan,yang harus dipilih salah satu:
1. Pergi ke masjid untuk shalat Jumat,
2. mengantar pacar berenang,
3. atau mengantar tukang becak miskin ke rumah sakit akibat tabrak lari,
Mana yang sampeyan pilih?".

Cak Nun menjawab lantang, "Ya nolong orang kecelakaan".
"Tapi sampeyan kan dosa karena tidak sembahyang?",kejar si penanya.
"Ah, mosok Gusti Allah ndeso gitu", jawab Cak Nun. "Kalau saya memilih shalat Jumat, itu namanya mau masuk surga tidak ngajak-ngajak" , katanya lagi. "Dan lagi belum tentu Tuhan memasukkan ke surga orang yang memperlakukan sembahyang sebagai credit point pribadi". Bagi kita yang menjumpai orang yang saat itu juga harus ditolong, Tuhan tidak berada di masjid, melainkan pada diri orang yang kecelakaan itu. Tuhan mengidentifikasikan dirinya pada sejumlah orang. Kata Tuhan: kalau engkau menolong orang sakit, Akulah yang sakit itu. Kalau engkau menegur orang yang kesepian, Akulah yang kesepian itu. Kalau engkau memberi makan orang kelaparan, Akulah yang kelaparan itu.
Seraya bertanya balik, Emha berujar, "Kira-kira Tuhan suka yang manadari tiga orang ini. Pertama, orang yang shalat lima waktu, membaca al-quran, membangun masjid, tapi korupsi uang negara.
Kedua, orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hapal al-quran,menganjurkan hidup sederhana, tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, dan mengobarkan semangat permusuhan.
Ketiga, orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran, tapi suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang?"
Kalau saya, ucap Cak Nun, memilih orang yang ketiga. Kalau korupsi uang negara, itu namanya membangun neraka, bukan membangun masjid. Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya bukan membaca al-quran, tapi menginjak-injaknya. Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya tidak sembahyang, tapi menginjak Tuhan. Sedang orang yang suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang, itulah orang yang sesungguhnya sembahyang dan membaca al-quran.
Kriteria kesalehan seseorang tidak hanya diukur lewat shalatnya. Standar kesalehan seseorang tidak melulu dilihat dari banyaknya dia hadir di kebaktian atau misa. Tolok ukur kesalehan hakikatnya adalah output sosialnya: kasih sayang sosial, sikap demokratis, cinta kasih, kemesraan dengan orang lain, memberi, membantu sesama. Idealnya, orang beragama itu mesti shalat, misa, atau ikut kebaktian, tetapi juga tidak korupsi dan memiliki perilaku yang santun dan berkasih sayang. Agama adalah akhlak. Agama adalah perilaku. Agama adalah sikap. Semua agama tentu mengajarkan kesantunan, belas kasih, dan cinta kasih sesama. Bila kita cuma puasa, shalat, baca al-quran, pergi kebaktian, misa, datang ke pura, menurut saya, kita belum layak disebut orang yang beragama. Tetapi, bila saat bersamaan kita tidak mencuri uang negara, menyantuni fakir miskin, memberi makan anak-anak terlantar, hidup bersih, maka itulah orang beragama.
Ukuran keberagamaan seseorang sesungguhnya bukan dari kesalehan personalnya, melainkan diukur dari kesalehan sosialnya. Bukan kesalehan pribadi, tapi kesalehan sosial. Orang beragama adalah orang yang bisa menggembirakan tetangganya. Orang beragama ialah orang yang menghormati orang lain, meski beda agama. Orang yang punya solidaritas dan keprihatinan sosial pada kaum mustadh'afin (kaum tertindas). Juga tidak korupsi dan tidak mengambil yang bukan haknya. Karena itu, orang beragama mestinya memunculkan sikap dan jiwa sosial tinggi. Bukan orang-orang yang meratakan dahinya ke lantai masjid, sementara beberapa meter darinya, orang-orang miskin meronta kelaparan.
Ekstrinsik Vs Intrinsik Dalam sebuah hadis diceritakan, suatu ketika Nabi Muhammad SAW mendengar berita perihal seorang yang shalat di malam hari dan puasa di siang hari, tetapi menyakiti tetangganya dengan lisannya. Nabi Muhammad SAW menjawab singkat, "Ia di neraka".

Hadis ini memperlihatkan kepada kita bahwa ibadah ritual saja belum cukup. Ibadah ritual mesti dibarengi ibadah sosial. Pelaksanaan ibadah ritual yang tulus harus melahirkan kepedulian pada lingkungan sosial. Hadis di atas juga ingin mengatakan, agama jangan dipakai sebagai tameng memperoleh kedudukan dan citra baik dihadapan orang lain. Hal ini sejalan dengan definisi keberagamaan dari Gordon W. Allport. Allport, psikolog, membagi dua macam cara beragama:ekstrinsik dan intrinsik. Yang ekstrinsik memandang agama sebagai sesuatu yang dapat dimanfaatkan. Agama dimanfaatkan demikian rupa agar dia memperoleh status darinya. Ia puasa, misa, kebaktian, atau membaca kitab suci, bukan untuk meraih keberkahan Tuhan, melainkan supaya orang lain menghargai dirinya. Dia beragama demi status dan harga diri.
Ajaran agama tidak menghujam ke dalam dirinya. Yang kedua, yang intrinsik, adalah cara beragama yang memasukkan nilai-nilai agama ke dalam dirinya. Nilai dan ajaran agama terhujam jauh ke dalam jiwa penganutnya. Adanya internalisasi nilai spiritual keagamaan. Ibadah ritual bukan hanya praktik tanpa makna. Semua ibadah itu memiliki pengaruh dalam sikapnya sehari-hari. Baginya, agama adalah penghayatan batin kepada Tuhan. Cara beragama yang intrinsiklah yang mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan penuh kasih sayang. Keberagamaan ekstrinsik, cara beragama yang tidak tulus,melahirkan egoisme. Egoisme bertanggungjawab atas kegagalan manusia mencari kebahagiaan, kata Leo Tolstoy. Kebahagiaan tidak terletak pada kesenangan diri sendiri. Kebahagiaan terletak pada kebersamaan.
Sebaliknya, cara beragama yang intrinsik menciptakan kebersamaan. Karena itu, menciptakan kebahagiaan dalam diri penganutnya dan lingkungan sosialnya. Ada penghayatan terhadap pelaksanaan ritual-ritual agama. Cara beragama yang ekstrinsik menjadikan agama sebagai alat politis dan ekonomis. Sebuah sikap beragama yang\memunculkan sikap hipokrit; kemunafikan. Syaikh Al Ghazalidan Sayid Quthb pernah berkata, kita ribut tentang bid'ah dalam shalat dan haji, tetapi dengan tenang melakukan bid'ah dalam urusan ekonomi dan politik. Kita puasa tetapi dengan tenang melakukan korupsi. Juga kekerasan, pencurian, dan penindasan. Indonesia, sebuah negeri yang katanya agamis, merupakan negara penuh pertikaian.
Majalah Newsweek edisi 9 Juli 2001 mencatat, Indonesia dengan 17.000 pulau ini menyimpan 1.000 titik api yang sewaktu-waktu siap menyala. Bila tidak dikelola, dengan mudah beralih menjadi bentuk kekerasan yang memakan korban. Peringatan Newsweek lima tahun lalu itu, rupanya mulai memperlihatkan kebenaran. Poso, Maluku,Papua Barat, Aceh menjadi contohnya. Ironis. Jalaluddin Rakhmat, dalam Islam Alternatif , menulis betapa banyak umat Islam disibukkan dengan urusan ibadah mahdhah (ritual), tetapi mengabaikan kemiskinan, kebodohan, penyakit, kelaparan, kesengsaraan, dan kesulitan hidup yang diderita saudara-saudara mereka.
Betapa banyak orang kaya Islam yang dengan khusuk meratakan dahinya di atas sajadah,sementara di sekitarnya tubuh-tubuh layu digerogoti penyakit dan kekurangan gizi. Kita kerap melihat jutaan uang dihabiskan untuk upacara-upacara keagamaan, di saat ribuan anak di sudut-sudut negeri ini tidak dapat melanjutkan sekolah. Jutaan uang dihamburkan untuk membangun rumah ibadah yang megah,di saat ribuan orang tua masih harus menanggung beban mencari sesuap nasi. Jutaan uang dipakai untuk naik haji berulang kali,di saat ribuan orang sakit menggelepar menunggu maut karena tidak dapat membayar biaya rumah sakit. Secara ekstrinsik mereka beragama, tetapi secara intrinsik tidak beragama.
Sekian.

Minggu, 10 Februari 2013

"Kenduri Cintaku" oleh: Emha Ainun Nadjib.

Sudah terbunuh beribu kali Habilku oleh Qabil Indonesiaku.
Sudah karam beribu kali Kapal Nuhku oleh bandang banjir Indonesiaku.
Sunyi sepi jiwa Yunusku Tak kunjung lepas dari panas perut Indonesiaku.
Lunglai baja besi kapak Ibrahimku di sela reruntuhan berhala-berhala Indonesiaku.
Putus leher beribu-ribu Ismailku. Oleh gigir pedang jahiliyah Indonesiaku.
Terbelah laut dan tenggelam Firaun oleh tongkat Musaku. Tongkatku patah, lahir Firaun demi Firaun berwajah Musa.
Kuthariqati seribu puasa pada setiap hari Daudku. Yang lahir bukan Sulaimanku , melainkan Bulqis klenik Indonesiaku.
Tetapi ketika merapuh tulang belulang Zakariaku Allah mengirim Yahya di pancaran wajahmu.
Cahaya menyebar wangi bayi Isa puncak adegan segera dikuakkan tabirnya.
Menuju penjelmaan kedua Nur Muhammad Kenduri cintaku menerangi semesta jagat.


@kendurucinta_feb'2012

Rabu, 06 Februari 2013

Cerita Hewan Mirip Manusia

kecoak cantik ini kok genit ya ?  malam-malam ke kamar cowok sendirian. diusir malah balik lagi bawa teman-temannya .

anjing-anjing jantan itu berkeliaran menerjang hujan
bergerombol mencari para betina
mengendus-endus parfum khasnya si betina
menjulurkan lidah terengah-engah
disudut mulutnya dan ujung lidahnya air liur menetes deras.

Laron satu ini ngajak bercanda...udah tahu lampunya panas, masih aja ditabrak-tabrak. dinasehatin gak mau sih... TERSERAH KAMU !!!

para anjing betina bersolek di bawah pohon karet
Menjilati bulu-bulu kusut sebab basah hujan
Matanya waspada akan serangan si jantan liar
Sebentar lagi malam, hujan pun belum reda.

semut semut itu mulai gak sopan, kopi masih setengah gelas malah dibuat tempat bunuh diri. Hmm . . . Jgn marah, dimaklumi, dong...Kan semut !?

menjelang malam
Para serigala melolongkan aungannya
Menantang para anjing-anjing liar
inilah daerah kekuasaanku, pekik mereka
Sambung menyambung diantara speaker hutan.

Dan cicak cicak di atap itu membuatku iri,  Masak pacaran di kamar para jomblo. Pergi, pergi . . .

"MAKAN TUH CINTA !!!"

abad ke-20 plus dari sebelum mengenal abad, kini disadarkan bahwa kita adalah manusia, bukan Tuhan, bukan malaikat, bukan iblis dan juga bukan hewan, namun semua saling berkesinambungan. kita bisa berkata - jika terbongkar realita bahwa kita bisa berbuat jahat -, "kita bukan malaikat." (maksudnya tidak sesuci mereka). hebatnya lagi, kita tidak mau mengakui ke-iblis-an kita meskipun sengaja berbuat jahat (konteks 'jahat' disini adalah kita berbuat diluar kewajaran manusia normalnya yang memiliki norma-norma yang berlaku untuk mengondisionalkan keseimbangan alam semesta khususnya di dunia - tidak melakukan kerusakan yang dapat merugikan manusia - baik yang abstrak maupun non-abstrak").

ya karimal-akhlaq.....
Engkaulah saksi hidupku, pemberi sanksi yang kuhormati atas kebijaksaanMu. jika Engkau anggap baik untukku, berilah kemampuan untuk menjalani anggapan itu. sejelek-jeleknya manusia, jangan khuwatir... kita hidup itu sebab Tuhan percaya pada kita. meskipun Iblis dan Malaikat masih meragukannya. masak hidup di dunia hanya sekali mau neko-neko dan mau Demo terus sama Tuhan untuk kesusahan kita yang sudah diperhitungkan olehNya.
enggak kan ???
ketakutanku bukan pada berapa banyak memberi kebaikan untuknya, namun ketika disalah-pahami kebaikan itu.
Rasulullah: "Kekasihku adalah mereka yg tidak pernah bertemu dgnnku tapi mereka mengimani diriku dan mencintaiku"
kata-kata penyemangat itu untuk mereka yang tidak semangat. semangat itu masih jamak, (bisa juga semangat maksiat ???) semangat !!! semangat untuk kebaikan.....seorang pemalas itu tidak semuanya buruk, jika si pemalas itu malas untuk berbuat maksiat. yang tua geleng-geleng dan yang muda manggut-manggut. aku, bengong.....dan akhirnya aku malas dengan kata-kata penyemangat* yang tidak jelas. "ngoyooooooo bahasa kunci inggrise" kemudian mereka yang semangat dengan kata-kata itu*, berubah menjadi muak jika yang ditemuinya dianggap KEGAGALAN & SIA-SIA. padahal KEGAGALAN sedang MENGANDUNG excitement & surprise.
gimana kabar CINTA sekarang ? apa udah habis dimakan ? dulu pernah dibentak, "MAKAN TUH CINTA !!!"
langit nih lagi ngapain coba ? jendela kamarku itu berkaca tanpa gorden. kilat sambung-menyambung seperti sedang memotret bumiku, mengagetkan kamarku yang gelam tanpa lampu. kamu itu udah hidup berapa tahun, hah ?
berani-beraninya mendefinisikan hidup. hahahaha wagu bin Lucu tapi yo Aneh Bin Ajaib. teruskan...
air di gelas itu seperti tak berbuat apa-apa, namun faktanya, dia berbuat untuk menjadi uap. minimal bisa jadi tempat bersinggah lumut dan bakteri (makhluk hidup lainnya)

Jumat, 01 Februari 2013

S.H (Sarjana Hipokrit) & S.Sy (Sarjana Syirik)



aku melihat banyak orang jahat di setiap sudut dimana aku berjalan dan membuka mata, bahkan saat bercermin pun aku melihat orang jahat. hipokrit itu beda dengan bunglon - sifat binatang yang mengikuti nalurinya untuk perlindungan diri atau yang berubah warna kulit disetiap tempat yang disinggahinya - karena gelar hipokrit ( S.H / sarjana hipokrit / atau M.H ) pada manusia menurutku lebih mengerikan daripada gelar syirik ( S.Sy / sarjana syirik / atau M.Sy ), bukan sirik. apalagi dunia kita sudah melegalkan berita kejahatan dan mempertonton film demi menegakkan kebebasan berekspresi - dunia yang kompleks dengan adegan akting yang dibuat-buat untuk memerankan tokoh, baik antagonis maupun protagonis - yang secara tidak langsung mengajarkan pada kita untuk menjadi orang lain bukan diri kita sendiri sebagaimana Tuhan menciptakan kita berbeda-beda untuk saling mengenal.

di tempat kos yang aku tempati banyak tikus berkeliaran dengan bebas - biasa lah kalo malam susah tidur -, aku mengamatinya. aku melihat kenekatannya untuk makan makananku yang sudah ku simpan, anehnya, sudah ku biarkan ia makan namun tidak pernah mau menghabiskan. hanya mengerat kemudian meninggalkan makanan kotor untuk memberitahukan padaku, aku tidak butuh semua makananmu.

kemaren malam aku nyudu kopi Palembang yang rasanya hem...- ada rasa yang belum pernah ku rasakan - tidak enak kalo diminum. dan malam ini aku ingin membuatnya lagi, karena sudah tahu rasa asli kopi itu yang tidak pas kalo diminum, dalam pikirku, itu bukan salah kopinya atau peraciknya tetapi aku yang salah dalam menyedunya. kemudian aku menyedu kopi itu dengan cara baru dan menambah sedikit teh untuk menambah rasa, tidak nyangka, enak juga kopinya.

dari cerita "kenekatan tikus" dan "cara menyedu kopi" dalam paragraf di atas, aku sedikit mendapat penjelasan tentang kebingunganku kepada istilah "orang jahat" dan "hipokrit". dan untuk menteorikan kejelasanku terhadap kedua istilah tadi, aku belum bisa menguraikan dalam tulisan ini. mungkin karena aku masih dibuat pusing lagi dengan pembahasan "teori' dan "realita" ketika chatingan dengan pak ustadz Agus Salim (orang Tegal), yang mana beliau memanggil aku dengan sebutan "cendikiawan" yang kemudian aku penggal "cendi - ki - awan".

pak ust, "slmt siang mas cendikiawan"
aku, "siang.... kok cendi - ki- awan ? keduwuren, pak ustadz..... ra kuat nyonggo"
pak ust, "njuk opo?"
aku, "sedulur....kan akur...tur....syukur....njur...."
pak ust, "jare mas jo rika ski dadi cendikiawan koh..."
aku, "ngapusi kae. egen budrek ae otake. mikir ae gen salah salah, kok cendi - ki awan.... ???"
pak ust, "yo nk ra salah , dudu menungso berarti"
aku, "hahahahaha.....jare pak yo, teori kui derajate lebih rendah daripada realita."
pak ust, "lalu apakh kita bs memahami realita tanpa teori ?"
aku, "memahami realita tanpa teori. Urung mudeng, hehe"

( dalam tulisan Cak Nun_empat kapasitas_Slilit Sang Kyai )
mungkin, katanya, sebagai manusia dalam beberapa hal engkau tenggelam, ala kadarnya bisa merumuskan, kebal dan sekaligus punya kegatalan untuk merubah.
mungkin engkau adalah priayi modern yang makin pintar menenggelamkan tetanggamu berkat meningkatnya kemampuanmu merumuskan.
mungkin engkau adalah pemikir yang berkecipak-kecipuk dengan merumuskan saja.
mungkin engkau sekedar satu dari setumpukan ikan yang menggelepar-gelepar dalam jala.
mungkin engkau perumus yang baik, tetapi tak kebal, hingga engkau tenggelam.
mungkin engkau pencipta cita-cita perubahan, bahkan pekerja perubahan, tapi engkau tidak kebal hingga kau menjadi lintah di tubuh nasib orang yang hendak engkau ubah.
setidaknya engkau meminum sumbangan darah yang dijatahkan buat infus nasib darurat berjuta saudaramu.


Kalibeber, 20 0kt 2012



Jangan Dipuisikan



aku tak butuh materi
namun sistem hidupku mengharuskan
aku tak butuh cinta
namun sistem hidupku mengharuskan
aku tak butuh agama
namun sistem hidupku mengharuskan
aku tak butuh rindu
namun sistem hidupku mengharuskan
aku tak butuh nilai
namun sistem hidupku mengharuskan
aku tak butuh ilmu
namun sistem hidupku mengharuskan
aku tak butuh itu semua
namun sistem hidupku mengharuskan

jangan dipuisikan !!!

terus, aku harus bilang WOW gitu ???
kalo WOW, kamu gak harus, itu relatif.

Mahasiswa Bersambung



ibu : laptop kulo kok eror, niki kenopo geh ?
elgi : ngapunten, bu...mboten ngertos..

ibu : pripun sih, mas... turene mahasiswa...kok gak ngerti...lah njenengan kan duwe laptop
elgi : nggeh, bu...kulo meng ngengge, mboten paham. ngenjang kulo tak les komputer menowo kuliah teng TI.

ibu : huuft... ????
elgi : emange setiap mahasiswa harus bisa apa saja yang ada di luar fak-nya ??? (nggerutu dalam hati)

permintaan masyarakat umum pada para mahasiswa adalah untuk bisa menyelesaikan masalah mereka, minimal tahu kalo ditanya ini dan itu. sedangkan kalo mau ngasih solusi yg kiranya belum mereka pahami, kebanyakan mereka akan sinis, dan berkata, baru anak kecil mau ikut-ikutan masalah orang tua. hmm...
sedangkan sistem pendidikan kita mengkotak-kotak/mengkapling-kapling keilmuan, alasannya biar fokus dan matang dalam keilmuannya.

sebagian mahasiswa lainnya, mereka akan menyembunyikan statusnya, takut berhadapan dengan masyarakat - gagap sosial & gak pede - dan beraninya hanya buat makalah kemudian debat kusir dengan teman sebangkunya. mereka tidak tanggap dengan problematika sosial disekitarnya. hmm....

apalagi yang semester tua ini, sibuk dengan acara bisnis semrawutnya. buat proposal ini proposal itu. kemaren saja ada teman dari kampus UGM yang nanya pada saya, kemana peran mahasiwa UNSIQ ??? saya jawab sekenanya tentang "bisnis plan" (rencana bisnis yang akan diajukan pada lembaga/pemerintah).
maaf...

bersambung...

Tung Tung Tung



selamat anda kurang beruntung
karena untung diambil si lutung
maaf, selamatnya duluan untung
tung tung tung...
 
hitung untung yang buntung
menggantung itu si lutung
mutung jadilah puntung
tung tung tung...
 
lampung pulang kampung
terapung-apung itu pelampung
perut penuh angin kembung
tung tung tung...
 

coba mendaki gunung
memotret mendung
memuji yang Agung
tung tung tung....
 

jawara betawi si Pitung
bukan Bandung Bondowoso
tidak juga Untung Suropati
tung tung tung...
 

sunami tak terbendung
korban pun melambung
banyak manusia berkabung
tung tung tung....