Seperti Ajimat, But A Little
Anda terlalu baik untuk dibenci maupun dikata-katakan dengan
kata pujian, Simbah Mumbruh. Namun, saya akan sedikit menulis, apa yang terasa
dan terlihat, dan terpapar oleh papan tulis hidup Anda. Dimensi perasaan
kekanak-kanakanku, dewasanya paman “om”, luhurnya ‘siwo’ “pak de”, dan
cucu-cucu yang masih digendong oleh beliau. Apa yang penulis rasakan hampir
selaras atau serasi dengan ‘lirik lagu’ “tak gendong kemana-mana” oleh Mbah
Surep, “I love you full.”.
Tidak hanya ‘gendong lahir’, ‘gendong batin’ pun kami rasakan
– mungkin ini hanya perasaan cucu pada Simbah terakhirnya yang berumur lebih
dari 70 tahun. Saya benci beliau karena beliau ‘selalu’ dan ‘terlalu’ banyak
‘tahu’ dan ‘mafhum’ dengan masalah kami, meskipun hanya pengetahuan sepihak
beliau sendiri – lihat judul bin tema, just fews-little-small. Beliau simbah
yang ‘jaim’ banget – penilaian sementara penulis, yangmana beliau tidak suka
jika harus bergantung pada orang lain meskipun itu adalah anaknya sendiri, jika
mampu malah menawarkan diri untuk membantu – namun suka menolong, suka silaturahim dengan saudara tua.
Pengakuan dari kebanyakan kami – keluarga besar, khususnya
yang tingkatan cucu – sering saya dengar bahwa beliau adalah “wanita tua
cerewet”, sedangkan di kepala saya, “menolong itu enggak harus diminta dulu,
menawarkan jasa bisa buat senang yang bersangkutan.” Nasehatnya masih teringat
– dulu nasehatnya dengan logat dudukulon, dong – yang maaf saya lupa.
Sampai-sampai keluarga penulis yang banyak di luar Pulau Jawa – tepatnya Pulau
Kalimantan – selalu translit atau menjadikan terminal berkumpul adalah rumah
simbah. “uang itu tidak dibawa ke kuburan”, nasehat beliau. Namun – sambung
penulis yang berusaha akrab – tabungan yang abadi untuk akherat adalah uang
yang habis untuk membantu orang lain, khususnya “keluarga”. “enggak usah dihitung, mbah! Enggak
‘kehitung’ dan yang ‘dihitung’ hutangnya saja.” Hehehe kita berdua ngekek
bareng….
Bersambung……. 08 Mei 2013
‘Ajimat’ di sini mungkin hanya ‘asumsi’ penulis yang
mengagumi seorang ‘janda’ dari zaman perjuangan merawat enam anak hingga kami
para cucu generasi ketiga – jika dihitung dari beliau. “Wanita tua cerewet”
yang kelihatan ‘kejam’ dan ‘serakah’ namun, sebenarnya “sungguh berhati mulia”
tanpa label ‘hajah’ (Hj. Mumbruh) tetapi ‘mabrur hidupnya’. Kami generasi
muda-dewasa hanya mengenal dan mendalami ‘logika-indra’ tetapi beliau sebagai
generasi tua memakai ‘logika-rasa-asih’ yang hanya dirasakan sendiri dalam
“alam sepi rindu” – tidak ada teori serakah dan berebut dengan anak cucunya.
Menurut penulis, hati beliau adalah 1. Mata laksana permata langka; 2. Hati
zambrud; 3. Air mata zam-zam; dan lain
sebagainya yang semoga “kekasih Allah SWT.” Satu ini diperkenankan mendapat
cinta kasih dari Tuhan Semesta Alam, para malaikatNya, para Nabi-RasulNya, para
KekasihNya, dan semua makhlukNya, baik di dunia sekarang hingga akherat kelak
seperti janji Tuhan yang diimaninya.
Engkau, Yang Maha Sempurna dalam menebar kasih sayang
terhadap semua makhlukMu. Salam sapa dari hambaMu yang bodoh ini, untuk
kekasihMu kekasih semua makhlukMu yakni Nabi Besar Penghulu Para Kekasih dan
Penghulu cintaMu, Muhammad saw.
Dudukulon,
09 Mei 2013