Fantasi Visualitas
Oleh: Legiran
Sudah lama kita berbicara tentang ‘fantasi’ dan ‘visual’ yang beda
dalam arti maupun pemahaman, jelas. Namun,
dengan fantasi yang dilakukan oleh akal, dapat memaparkan visualitas-visualitas
yang kadang jarang dapat divisualkan. Sedangkan visual, yang benar-benar nampak
oleh indera penglihat, baik berbentuk gambar, cahaya, fatamorgana, dll – coba
yang di dunia pemotretan atau perfilman ditanyakan arti sebenarnya tantang ini.
Karena memang tidak mampu manusia menvisualkan semua yang terlihat, kalaupun
mampu, saya rasa tidak sesempurna aslinya, namun bisa mewakilkan untuk
menjelaskan pendeskripsiannya.
Fantasi juga hampir mendekati ‘angan-angan’, ‘cita-cita’, ‘tindakan’,
yang belum terjadi – malah bisa menjadi pengertian “visi misi”. Contoh, pelaku
kejahatan itu berfantasi mendapatkan uang dan senapan di kantor polisi – jika belum
dimasukan ke dalam niat dan maksud, serta dilanjutkan ‘perencanaan’, hal
tersebut belum dikenakan ‘pasal-pasal’. Begitu juga dengan fantasi penulis,
ingin memacarin si AU – sudah ada dalam gambaran, sampai tidur pun ngelindur
dan memimpikan – kemudian udah dimasukan ke niat dan maksud plus rencana
sederhana, meskipun belum kongkrit dan belum terjadi (menikah atau dinikahkan).
Namun, jika ‘dipasalkan’ dan ‘dituntut’ sudah bisa. Dengan bukti, “tertulis”
dan “aduan” para “saksi cinta”. Hehe
Jika hal itu sampai terjadi, “dunia per-film-an” yang semua berfantasi
jahat-jahat bisa kena pasal juga, meskipun sudah ada pasal yang mengatur tentang
kebebasan “dunia pers dan film”. Karena, secara tidak langsung sudah menjadi “visualitas
kriminal” yang berdampak pada “pola pikir jahat” oleh yang tidak mampu
mengontrol, bukan. Dan masalah semacam itu sudah dari dulu, baik kriminalitas,
asusila, dll – jangan diganti kirik-sila yo!!!. Sampai-sampai tayangan “Tom
& Jerry” pun kena sanksi lho… kan mengajari anak-anak pukul-pukulan – udah dari
dulu lho dibahas, aduh ‘telat’ nih tulisannya. Sampai ada demo besar-besaran
untuk masalah itu, aku dimana? Makanya, buat film itu jangan dilihatkan atau
divisualkan yang jeleknya aja, yang baik-baik juga ada, itu pasti. Meskipun jeleknya
sedikit, itu kadang yang menjadi guru penjahat. Hmm…
Yang kadang dan sering, “kok bisa ya?” adalah kata ‘heran’ yang
mesti saya lakukan. Maklum lah, hanya hidup monoton plus nonton, jadi gak
pinter motorik. Wah, harus siap-siap buat surat balasan nih, kalo-kalo AU
(Amalia Ulfah) menggugat aku dan melaporkan pada orang tuanya. Dengan gugatan
berlapis baja, 1. Mencintai tanpa sebab; 2. Kangen gak tahu diri; 3. Pencemaran
limbah hati; 4. Provokator akal plus; 5. Menyingkat nama tanpa izin lengkap; 6.
dll
November 19, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar