Sabtu, 01 Juni 2013

Seperti Ajimat, But A Little

Seperti Ajimat, But A Little
Anda terlalu baik untuk dibenci maupun dikata-katakan dengan kata pujian, Simbah Mumbruh. Namun, saya akan sedikit menulis, apa yang terasa dan terlihat, dan terpapar oleh papan tulis hidup Anda. Dimensi perasaan kekanak-kanakanku, dewasanya paman “om”, luhurnya ‘siwo’ “pak de”, dan cucu-cucu yang masih digendong oleh beliau. Apa yang penulis rasakan hampir selaras atau serasi dengan ‘lirik lagu’ “tak gendong kemana-mana” oleh Mbah Surep, “I love you full.”.  
Tidak hanya ‘gendong lahir’, ‘gendong batin’ pun kami rasakan – mungkin ini hanya perasaan cucu pada Simbah terakhirnya yang berumur lebih dari 70 tahun. Saya benci beliau karena beliau ‘selalu’ dan ‘terlalu’ banyak ‘tahu’ dan ‘mafhum’ dengan masalah kami, meskipun hanya pengetahuan sepihak beliau sendiri – lihat judul bin tema, just fews-little-small. Beliau simbah yang ‘jaim’ banget – penilaian sementara penulis, yangmana beliau tidak suka jika harus bergantung pada orang lain meskipun itu adalah anaknya sendiri, jika mampu malah menawarkan diri untuk membantu – namun suka menolong, suka  silaturahim dengan saudara tua.
Pengakuan dari kebanyakan kami – keluarga besar, khususnya yang tingkatan cucu – sering saya dengar bahwa beliau adalah “wanita tua cerewet”, sedangkan di kepala saya, “menolong itu enggak harus diminta dulu, menawarkan jasa bisa buat senang yang bersangkutan.” Nasehatnya masih teringat – dulu nasehatnya dengan logat dudukulon, dong – yang maaf saya lupa. Sampai-sampai keluarga penulis yang banyak di luar Pulau Jawa – tepatnya Pulau Kalimantan – selalu translit atau menjadikan terminal berkumpul adalah rumah simbah. “uang itu tidak dibawa ke kuburan”, nasehat beliau. Namun – sambung penulis yang berusaha akrab – tabungan yang abadi untuk akherat adalah uang yang habis untuk membantu orang lain, khususnya “keluarga”.  “enggak usah dihitung, mbah! Enggak ‘kehitung’ dan yang ‘dihitung’ hutangnya saja.” Hehehe kita berdua ngekek bareng….
Bersambung……. 08 Mei 2013
‘Ajimat’ di sini mungkin hanya ‘asumsi’ penulis yang mengagumi seorang ‘janda’ dari zaman perjuangan merawat enam anak hingga kami para cucu generasi ketiga – jika dihitung dari beliau. “Wanita tua cerewet” yang kelihatan ‘kejam’ dan ‘serakah’ namun, sebenarnya “sungguh berhati mulia” tanpa label ‘hajah’ (Hj. Mumbruh) tetapi ‘mabrur hidupnya’. Kami generasi muda-dewasa hanya mengenal dan mendalami ‘logika-indra’ tetapi beliau sebagai generasi tua memakai ‘logika-rasa-asih’ yang hanya dirasakan sendiri dalam “alam sepi rindu” – tidak ada teori serakah dan berebut dengan anak cucunya. Menurut penulis, hati beliau adalah 1. Mata laksana permata langka; 2. Hati zambrud;  3. Air mata zam-zam; dan lain sebagainya yang semoga “kekasih Allah SWT.” Satu ini diperkenankan mendapat cinta kasih dari Tuhan Semesta Alam, para malaikatNya, para Nabi-RasulNya, para KekasihNya, dan semua makhlukNya, baik di dunia sekarang hingga akherat kelak seperti janji Tuhan yang diimaninya.
Engkau, Yang Maha Sempurna dalam menebar kasih sayang terhadap semua makhlukMu. Salam sapa dari hambaMu yang bodoh ini, untuk kekasihMu kekasih semua makhlukMu yakni Nabi Besar Penghulu Para Kekasih dan Penghulu cintaMu, Muhammad saw.  

Dudukulon, 09 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar