Senin, 05 Januari 2015

BELIAU SANGAT MENGENAL TUHAN dan MALAIKAT


BELIAU SANGAT MENGENAL TUHAN dan MALAIKAT
Mr L

Bismillahirrahmânirrahîm al-hamdulillahi rabbil’âlamîn (1:1-2). Semua Malaikat bershalawat kepada nabi, kita pun dianjurkan mencontohnya (33:56) dan Semua Malaikat beserta alam semesta bertasbih padaNya. – qalû subhânakalâ ‘ilmalanâ il-lâ mâ ‘al-lamtanâ... (2:32). Sampai-sampai para Jin takut dan berkata jujur jika beliau bertanya. Allahumma shali’alâ sayyidinâ muhammad. Dianugrahi ilmu alam semesta, namun sederhana dalam membimbing. Dianugrahi kekayaan dunia akherat, namun memilih berkumpul dengan para fakir miskin tanpa menghinakan para oang-orang kaya.
Nur Fawais Saudah, sebut saja dia begitu – salah satu sahabat penulis – atau panggilah dengan  panggilan akrab yang Anda suka. Saya tidak mafhum artinya apa nama itu, tetapi saya suka dengan nama tersebut. Ia di tempat pendidikan al Quran, sering berpikir sejenak jika mengingat ungkapan Sayyidah Aisyah yang dicintai oleh Beliau shalullahu ‘alaihi wassalam. yang masyhur, “akhlak beliau adalah al Quran.” Sekarang tahun 2015, abad 20 M. atau tahun 1436, abad 14 H. Kemaren baru saja diperingati, 12 Rabi’ul Awwal 1436 H atau 03 Januari 2015 M. Beliau shalullahu ‘alaihi wassalam. bermesra dengan ungkapan, “mereka kekasihku, yang jauh dari zaman hidupku di dunia namun mengenal dan mencintaiku.” Ia ingin menghadap kepada Beliau dengan bertanya, “masihkah berlaku kalimat menggembirakan itu padaku yang berdekat dengan ‘akhlakmu’ namun bodoh dalam perilaku?”. Allahumma shali’alâ sayyidinâ muhammad.
Malaikat mencatat tanpa mengurangi berita, membagi rezeki melebihi menteri perekonomian, menggusur tanpa pandang bulu, menghukum tanpa belas kasih, memberitakan apa yang sebenarnya kabar, menjaga kemewahan dan keindahan tanpa korupsi, bertanya tanpa menerima kebohongan, bekerja tanpa mengharap imbalan. Semua penuh dengan ketaatan pada Sang Pencipta. Kembali kita menginjak bumi nusantara, kata beliau KH. Said Aqil Siroj, ketua PBNU setelah al maghfurlah KH Abdurraman Wahid ketika memperingati Maulud Nabi di Kota Batang, hadir juga Habib Luthfi bin Hasyim Pekalongan, “bumi nusantara lebih mencukupi kemakmuran 270 juta penduduk Indonesia, namun kurang untuk mencukupi satu dua orang serakah.” Begitu juga kata budayawan Muhammad Ainun Nadjib (Emha Ainun Nadjib atau Cak nun) ketika menjelaskan “Syafaat Rasul” dalam sebuah Esai di buku “Kyai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki” (hlm 149-153), “bumi sepenggal sorga, tapi kita keceh di hujan (seperti anak-anak), boros, foya-foya dan memonopoli untuk menyengsarakan ratusan juta rakyat. Kita merusak kemanusiaan dalam hewani, rakus, iblisi, lahwun (senda gurau), la’ibun (main-main), dan dhulm (kegelapan).” Kemudian, “umpama memegang 200 triliyun untuk sampai ke rakyat, ada yang bilang, JANGAN....”
Asssalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarrakatuh, penulis juga pernah membaca biografi al maghfurlah KH Muntaha al Hafidz, karya Samsur Munir Amin, menceritakan bahwa Beliau pernah sekali bertemu dengan Rasullullah shalullahu ‘alaihi wassalam. ketika ziarah di makamnya. Hanya sekali, di abad sekarang yang jelas tidak masuk akal, namun hal itu tidaklah mustahil karena, sebelumnya para sahabat nabi juga ada yang pernah mengalaminya meskipun hanya dalam mimpi. Bagaimana para kiai, ulama, alim zaman sekarang, 2015, yang selalu masih bergembira menggemakan marhaban marhaban ya nurrul ‘aini... marhaban marhaban jaddal husaini...”monggo kajeng nabi, sugeng rawuh teng manah kito, teng akal kito, teng jasad kito. Ngapunten manah, akal, lan jasad kito mboten sahe. Nggeh kadhos niki.
Beliau shalullahu ‘alaihi wassalam. takdzim dengan Sang Pencipta, ramah dengan Malaikat, sayang dengan seiman, kasih dengan sesama manusia, tenggang rasa kepada perbedaan. Meskipun dalam catatan sejarah ada yang tertulis masalah ‘peperangan dengan manusia’, Beliau shalullahu ‘alaihi wassalam. juga mengimbanginya dengan penyataan ‘peperangan dengan diri sendiri’. Penyataan, perbuatan, tauladan Beliau shalullahu ‘alaihi wassalam. dengan diri sendiri, dengan keluarga, dengan saudara, dengan sahabat, dengan tetangga, dengan masyarakat, dengan bangsa, dengan antar bangsa, menjadi ilmu yang rahmatalil ‘alamin. Bahasa gaulnya, mulyo nanging mboten ngasorake liyan – mulia namun tidak menghinakan yang lain. Kenyataannya, ada yang merasa terhina akan keluhuran budi pekerti Beliau, begitu? Baiklah, itu hak Anda dalam mengoreksi. Maaf jika ada salah dan kurang sopan dalam penulisan.


Di Kamar, 04 Januari 2015.
Penulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar