Senin, 18 November 2013

Fantasi Visualitas




Fantasi Visualitas
Oleh:  Legiran
Sudah lama kita berbicara tentang ‘fantasi’ dan ‘visual’ yang beda dalam  arti maupun pemahaman, jelas. Namun, dengan fantasi yang dilakukan oleh akal, dapat memaparkan visualitas-visualitas yang kadang jarang dapat divisualkan. Sedangkan visual, yang benar-benar nampak oleh indera penglihat, baik berbentuk gambar, cahaya, fatamorgana, dll – coba yang di dunia pemotretan atau perfilman ditanyakan arti sebenarnya tantang ini. Karena memang tidak mampu manusia menvisualkan semua yang terlihat, kalaupun mampu, saya rasa tidak sesempurna aslinya, namun bisa mewakilkan untuk menjelaskan pendeskripsiannya.
Fantasi juga hampir mendekati ‘angan-angan’, ‘cita-cita’, ‘tindakan’, yang belum terjadi – malah bisa menjadi pengertian “visi misi”. Contoh, pelaku kejahatan itu berfantasi mendapatkan uang dan senapan di kantor polisi – jika belum dimasukan ke dalam niat dan maksud, serta dilanjutkan ‘perencanaan’, hal tersebut belum dikenakan ‘pasal-pasal’. Begitu juga dengan fantasi penulis, ingin memacarin si AU – sudah ada dalam gambaran, sampai tidur pun ngelindur dan memimpikan – kemudian udah dimasukan ke niat dan maksud plus rencana sederhana, meskipun belum kongkrit dan belum terjadi (menikah atau dinikahkan). Namun, jika ‘dipasalkan’ dan ‘dituntut’ sudah bisa. Dengan bukti, “tertulis” dan “aduan” para “saksi cinta”. Hehe  
Jika hal itu sampai terjadi, “dunia per-film-an” yang semua berfantasi jahat-jahat bisa kena pasal juga, meskipun sudah ada pasal yang mengatur tentang kebebasan “dunia pers dan film”. Karena, secara tidak langsung sudah menjadi “visualitas kriminal” yang berdampak pada “pola pikir jahat” oleh yang tidak mampu mengontrol, bukan. Dan masalah semacam itu sudah dari dulu, baik kriminalitas, asusila, dll – jangan diganti kirik-sila yo!!!. Sampai-sampai tayangan “Tom & Jerry” pun kena sanksi lho… kan mengajari anak-anak pukul-pukulan – udah dari dulu lho dibahas, aduh ‘telat’ nih tulisannya. Sampai ada demo besar-besaran untuk masalah itu, aku dimana? Makanya, buat film itu jangan dilihatkan atau divisualkan yang jeleknya aja, yang baik-baik juga ada, itu pasti. Meskipun jeleknya sedikit, itu kadang yang menjadi guru penjahat. Hmm…
Yang kadang dan sering, “kok bisa ya?” adalah kata ‘heran’ yang mesti saya lakukan. Maklum lah, hanya hidup monoton plus nonton, jadi gak pinter motorik. Wah, harus siap-siap buat surat balasan nih, kalo-kalo AU (Amalia Ulfah) menggugat aku dan melaporkan pada orang tuanya. Dengan gugatan berlapis baja, 1. Mencintai tanpa sebab; 2. Kangen gak tahu diri; 3. Pencemaran limbah hati; 4. Provokator akal plus; 5. Menyingkat nama tanpa izin lengkap; 6. dll 

November 19, 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar