Kamis, 23 Februari 2017

AKU



“Kau adalah kau dan aku adalah aku”, begitu jawabnya beberapa kali sebelum, “iya, aku adalah salah satu makhluk ciptaanMu”. Dan sebelum dunia ini dimasuki oleh si penjawab, “iya, Engkaulah Sang Pencipta dan Yang Menguasaiku”, ia bermilyar tahun dikelolah oleh penjawab pertama. Ada yang menamakan si penjawab pertama adalah ‘nafs’ dan penjawab kedua ialah ‘akal’. Semua ciptaan Tuhan yang tidak diliputi oleh ‘nafs’ adalah “keindahan”. Ambil contoh, ‘bangsa Jin’ dan ‘hewan’ semua sepenuhnya terliputi oleh nafs. Selain itu – kecuali manusia –, adalah perwujudan dari akal dan untuk diakali (diproses oleh akal dan membantu akal), seperti langit, bumi, dan yang ada di antaranya – menurut penulis semuanya adalah keindahan. Dan manusia makhluk yang terliputi kedua penjawab di atas, ia akan condong dan mengarah ke mana?.
Penulis mempunyai dua belas anak ayam yang ditinggal mati oleh induknya setelah berumur satu bulan kurang sedikit. Ada tiga kakaknya, yang dua – jantan dan betina – berumur sekitar satu setengah tahun, sedang yang satunya berumur dua tahun – ia sudah bisa berkencan dengan Jago dan pejantan-pejantannya, hingga bertelor dan mengengkraminya. Kedua belas anak ayam itu yang belum mempunyai ekor, setelah mengalami seleksi alam berlomba-lomba dalam pengembangan nafsu mereka, kini tersisa dua ekor. Sayang sekali, penulis tidak mengasramakan (mengandang; kurungan tersendiri) mereka, mereka harus bersaing hidup dengan kakak-kakaknya dan ayam tetangga yang menganggapnya ‘junior asing’ yang siap di-pathuk dengan paruh dan di-pendhel cakar mereka jika berani berebut makan dan daerah kekuasaan. Hmm, mereka tidak dapat melawan selain menghindar, dan tetapi terkadang masih nekat berebut makan meskipun ter-pathuk dan ter-pendhel. Ternyata, induk ayam yang sudah tiada di atas, penganut faham single parent, dan itu hampir semua induk.
Kalo jasadiyyah, atau indrawi keindahan terwujud dalam penglihatan, pendengaran, dan perasa, perbuatan. Dulu pernah sedikit dapat selentingan (infomasi) bahwa, jika hewan condongnya ke ‘insting’nya, kita sedang membahas “ayam”. Mata meraka bisa melihat para malaikat, pendengaran mereka dapat mendengarkan jeritan derita alam barza (derita orang yang sudah mati). Melihat malaikat biasanya yang mereka (sebagian orang) pahami, ketika jago melakukan kongkongan atau berkokok, kukuruyuuuk… dan lain sebagainya – variatif. Terkadang mereka mengalami ketakukan yang tidak kita pahami, muka pucat dan tingkahnya tenang bercampur kalut. Kalo mau bertelor, si induk berpetok-petok, petok.. petok.. petor.. seperti mengabarkan ada ‘keganjilan’, gelisah dan membuat gaduh suasana sekitarnya. Maaf, sekali lagi, penulis tidak membahas ayam petelor; ayam hutan/liar; ayam petarung; dan ayam potong, tetapi ayam peliharan ibu penulis yang kebetulan membantu memelihara. Bunyi-bunyian mereka adalah mutawatir, dari jaman dulu sampai sekarang, ya begitu-begitu – mungkin ada yang mau mengamati, tanpa campur tangan manusia. Oh, ya.. tahun 2017 ini, jika menurut kalender orang Tionghoa adalah Tahun Ayam.
Sudah dulu ah, aku bukan dokter hewan, apalagi pengamat hewan. Hmm, kepikiran dan untuk menambah koleksi bacaan pribadi. Aku juga tidak tahu, kenapa orang-orang barat di film-film, chiken (dengan bergaya tangan ditekuk dan mengomel kokok petok-kokok petok sambil mengembang dan menciutkan ketiaknya) atau apalah istilahnya untuk menghinakan orang lain. Dulu juga ada istilah ‘ayam kampus’ (cewek panggilan), juga ada peribahasa: “seperti anak ayam yang ditinggalkan sang induk”. Kalo “dongeng” anak-anak, konon, dulu ayam bisa terbang – karena mempunyai ‘jarum emas’ alat penyulam bulu-bulunya – tetapi, tercuri oleh burung Elang, dan sampai sekarang keturunan ayam tidak bisa terbang. Jarumnya tidak terjatuh dalam sekam, tetapi di tanah, sehingga mereka sampai sekarang suka mengeker-eker tanah, karena mencarinya. Tidak semua yang keluar dari silet ayam tembelek, ada telor. Karena silet yang hanya mengeluarkan tembelek adalah Jago. Dulu juga ada kematian masal ayam, dengan adanya virus “flu burung”.
Di Rumah, 22/02/2017
Penulis  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar