Jumat, 01 Februari 2013

AMPUNI BUTA KAMI, TUHAN



dalam waktu 20 jam melihat tiga orang buta yang berbeda, tiga tempat, tiga waktu dan tiga sifat.

pertama : kakek yang di gandeng oleh entah siapa - kayaknya istrinya - dalam satu bus. meskipun jadi pengemis, aku salut, kejujurannya. saat turun, yang beliau ingat satu, "udah bayar belum ?" (tanya ke orang yang menggandengnya). dan dapat dispensasi oleh kernet bus (gratis).

kedua : lelaki separuh
baya yang menyerahkan tugas kepala rumah tangga kepada istrinya, untuk menanggung kehidupan dia dan kedua anaknya yang masih SD. berumah gedeg, hanya bisa membantu sekedarnya saja pada istrinya saat membuat cireng (jajanan anak2) yang dijual di sekolahan dengan harga Rp 250,- per tusuk.

ketiga : lelaki separuh baya juga, tetapi masih hidup sendiri, bekerja sebagai tukang pijat keliling. selalu meminta sedekah keikhlasan orang yang ditemuinya, lalu mendoakan pada mereka, semoga dimudahkan rizkinya (padahal melihat dirinya, tanda tanya besar). karena satu angkot - hanya 10 menit aku bersamanya -, aku sudah mendapat pertanyaan lebih dari 10 pertanyaaan dan keluhan darinya, ditambah pertanyaan yang dilontarkan pada penumpang selain aku yang satu angkot juga.

mungkin ada kesalahan dengan akalku saat itu, tak bisa aku melupakan ketiga peristiwa itu. memaksa aku untuk menulisnya. kebutaanku akan ilmu sosial dan kemanusiaan yang memaksa meraba-raba peristiwa yang ku anggap aneh tapi nyata itu. "ah ! apa urusanku dengan itu." kenapa aku mempersoalkan hal itu. hmm...

selain syukur dengan apa yang aku punyai, masak Tuhan hanya mau mempertontonkan peristiwa yang sia-sia padaku (?). "tidak (!)"... "santai, bung...rilex"
mengapa mereka - ribuan orang disekitanya, termasuk aku - hanya melihat ??? "kalo Engkau menyuruh kami untuk - Iqro' bismirobbikal-ladzi kholaq -, apa daya kami untuk itu (?)". AMPUNI KAMI, TUHAN...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar