Jangan Nakal

"selamat pagi, kalian....anak-anak yang ke-kanak-kanak-an....kalian jangan nakal ya ?" "siapa anda ? kami tahu, anda emang sudah tua, namun anda jangan sok pintar lah, menasehati segala. lulus SD saja tidak. aku ini sudah SMA, tahu...." "meskipun saya SD tidak tamat, tapi jangan begitu dong sama yang lebih tua ! saya ini sudah banyak makan asinnya garam kehidupan, gelar Doktor, diberikan oleh alam yang telah membesarkan saya." 

"hahahaha....jadi pengemis dan pengkhayal saja bangga, Doktor apaan itu ??? yang hanya bisa menasehati doang. dan lucunya lagi, baca tulis saja anda gak bisa." "hahahahaha juga....buat saya, tanpa bisa menulis dan membaca tulisan, tapi saya bisa membaca alam dan kehidupan semasa kalian." 

"ups....gak salah tuh ! zamannya anda dengan zamannya kami beda, pak.....sekarang ini manusia remaja sudah kompleks, tidak bisa anda simpulkan dengan teori-teori yang anda karang dan buat-buat sendiri." "baik lah....saya mengalah....tapi boleh dong saya ngomong sebentar, mau didengar boleh, tidak juga boleh..." "ngomong tinggal ngomong, masih basa-basi segala....ntar basi beneran lho." 

"begini, kalian masih suka yang manis-manis, seperti coklat ? kalo saya sudah gak sempat menikmatinya, karena saya sudah terlalu sering tertipu oleh indra perasa dan sekarang semua rasa sudah hambar. kalian masih suka melihat kecantikan wanita yang berupa kulit mulus dan tonjolan-tonjolan ? kalo saya sudah gak sempat melihatnya lagi, apalagi melirik. mata saya sudah rabun dan akal ini sudah tidak bisa lagi berfantasi tentang kenikmatan wanita." "panjang sekali, pak tua.....intinya saja lah !" "intinya, perut dan kelamin saya sudah tidak membutuhkan itu semua." "gitu dong....intinya saja, itu mah derita anda, pak tua... kami sih enjoy-enjoy saja dengan itu semua. udah lah...anda banyak-banyak istighfar saja, dan doakan kami, biar besok tua kami, nasibnya tidak semalang dan seburuk anda..." "hehehehehe......semoga hidup kalian selalu beruntung...." "makasih, pak tua..."